Menu
Your Cart

Lewat Jendela Kecil

Lewat Jendela Kecil
Lewat Jendela Kecil
100% ORIGINAL
Lewat Jendela Kecil
Lewat Jendela Kecil
Lewat Jendela Kecil
Rp350,000
Rp262,500
Hemat Rp87,500 (25%)
Pengiriman Ke DKI JAKARTA
Ongkos Kirim Rp 0
Khusus member Grobprime (GRATIS TRIAL)
JOIN

Deskripsi

Description
Ini adalah kumpulan foto dan esai dari Beta Pettawaranie. Sebuah buku yang lebih dari sekedar kumpulan foto yang enak dilihat namun juga memiliki penceritaan mendalam dengan perspektif tidak biasa. Beta Petawaranie sengaja memberi uraian teks atas foto-foto yang tersaji di buku ini, bukan sekadar membicarakan subyek foto, namun menyampaikan pandangan dan pemikirannya atas foto-foto yang sebenarnya banyak dihasilkan secara ‘tak bersengaja’.

Nama Beta Pettawaranie biasa dijumpai di banyak buku terbitan, terutama buku-buku INSISTPress, atribusi yang melekatinya sebagai juru foto (fotografer), juru tata letak isi (layout), dan juru sampul (design cover). Namun, siapa sebenarnya Beta Pettawaranie?

Sosok ini sejak awal 1980-an sampai sekarang sering berkeliling ke banyak tempat yang selama ini jarang didatangi orang luar, terutama di pelosok-pelosok terpencil di bagian timur Indonesia (Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, Papua) dan beberapa negara jiran (Timor Leste, Sarawak, Malaysia, Kamboja, Thailand, Laos, Vietnam, Burma, selain dataran tinggi Nepal, beberapa desa gunung di Jepang, serta pelosok Mongolia Dalam di daratan besar Cina). Dalam pekerjaan itulah, sosok ini membutuhkan banyak jenis media untuk berkomunikasi dengan warga setempat –umumnya petani, buruh tani, nelayan, buruh nelayan, dan peramu hasil hutan. Salah satu media yang sungguh ‘bertenaga’ adalah peraga visual dalam bentuk gambar, sketsa, peta, foto, dan rekaman video.

Anda sudah menduga? Ya, Beta Pettawaranie adalah nama lain dari Roem Topatimasang. Buku ini terutama dibuat sebagai pengingat Roem yang telah 40 tahun menggunakan kamera sejak 1978; dan sebagai ‘cenderamata’ ulang tahun-nya ke-60, pada 20 Mei 2018.

Jadi, silakan menikmati kumpulan ini sebagai ‘cenderamata’, dalam artian harafiahnya –sebagai ‘cenderamata’ sungguhan– maupun dalam makna perlambangnya –sebagai ‘tanda’ atau ‘jejak mata’ seorang pemotret amatir tentang orang-orang, keadaan, dan kehidupan dari beragam masa dan tempat yang selama ini tak banyak ditampilkan di ruang-ruang pameran, majalah-majalah, dan buku-buku fofografi ‘arus utama’.

Ulasan

Tulis Ulasan

Silahkan login atau daftar untuk mengulas