Menu
Your Cart

Kebakaran Lahan Gambut: Dari Asap Sampai Kanalisasi

Kebakaran Lahan Gambut: Dari Asap Sampai Kanalisasi
Kebakaran Lahan Gambut: Dari Asap Sampai Kanalisasi
100% ORIGINAL
Kebakaran Lahan Gambut: Dari Asap Sampai Kanalisasi
Kebakaran Lahan Gambut: Dari Asap Sampai Kanalisasi
Kebakaran Lahan Gambut: Dari Asap Sampai Kanalisasi
Rp70,000
Rp48,300
Hemat Rp21,700 (31%)
Pengiriman Ke DKI JAKARTA
Ongkos Kirim Rp 0
Khusus member Grobprime (GRATIS TRIAL)
JOIN

Deskripsi

Dampak kebakaran hutan dan lahan menjadi trending topic di penghujung tahun 2015. Cuitan media sosial Malaysia melalui tagar #ThankYouIndonesia mengolok-olok Indonesia akibat terdampak asap dari Kalimantan dan Sumatera berbalas melalui #SamasamaMalaysia. Kebakaran hutan/lahan yang menghanguskan 2,09 juta hektare, di antaranya 618 ribu hektare lahan gambut, memaparkan asap bagi 40 juta jiwa penduduk; mengakibat 200.175 jiwa menderita ISPA dan 12 jiwa melayang, mengemisi karbon setara 1.636 juta ton CO2, menghentikan penerbangan, mengungsikan penduduk, membunuh banyak hewan, dan menghilangkan keanekaragaman hayati. Ini menjadi sebuah tragedi. Afni Zulkifli yang terdampak asap di Riau menunjukkan kekecewaannya melalui jejaring sosial dengan mengatakan, “Jika tidak bisa sama-sama mendesak pemerintah turun tangan, tolong doakan kami agar masih tetap bernapas esok hari.” Siti yang tinggal di Desa Sigi, Pulang Pisau, Kalteng menyatakan pasrah, “Kalau ada asap, kami diam saja di dalam rumah, tidak tahu mau ke mana.” Kerugian ekonomi akibat tragedi kebakaran hutan dan lahan tahun 2015 ini ditaksir mencapai US$20 miliar atau setara Rp270 triliun, 12 kali lipat dari kerugian tahun 1997 yang hanya Rp23 triliun.

Bencana luar biasa ini membuat Presiden Joko Widodo harus berkantor di Palembang dan Wakil Presiden “berang” kepada peserta focus group discussion di hadapan undangan dari negara asing yang menyatakan bencana kebakaran hutan dan lahan ini tidak bisa lepas dari eksploitasi hutan untuk memenuhi pangsa kebutuhan negara Jepang, Australia, Amerika, dan Eropa sebagai pengimpor kayu di masa lalu. Mantan Menteri Lingkungan Hidup, Prof. Emil Salim menyatakan bahwa kebakaran hutan/lahan tahun 2015 merupakan pelajaran yang pahit. Mantan Menteri Lingkungan Hidup lainnya, Nabiel Makarim menyatakan perlu pemikiran baru tentang pembekuan/larangan selama 30 tahun bagi lahan yang terbakar. Mantan Rektor UGM, Dwikorita Karnawati menyatakan bahwa pencegahan penting bukan sebagai biaya yang hilang, melainkan sebagai bagian biaya investasi. Christianto Wibisono dari Pusat Data Bisnis Indonesia menyatakan jangan berhenti memanfatkan hutan secara produktif dengan industri berbasis kehutanan agar Indonesia tidak bernasib hanya boleh sebagai satpam, penjaga hutan dengan uang receh 1,2 milliar dolar. Mekanisme perdagangan emisi karbon cuma kiat pemburu rente dengan isu dan program luhur bercitra positif memperjualbelikan legimitasi produk dengan label “halal” menurut “agama lingkungan hidup”.

Buku Kebakaran Lahan Gambut ini terdiri atas tujuh bab, dibuka dengan pengenalan tentang pengertian, potensi, dan pemanfaatan lahan gambut (Bab 1); dilanjutkan pembahasan sifat dan karakteristik lahan gambut (Bab 2); kebakaran lahan gambut serta dampaknya terhadap berbagai aspek (Bab 3). Pokok utama buku ini mengemukakan kebakaran lahan gambut dari sudut perspektif pertanian, perkebunan, kehutanan, dan lingkungan hidup (Bab 4) dan lebih jauh dampak kebakaran tersebut berupa kerugian ekonomi dan sosial politik (Bab 5). Selengkapnya buku ini juga mengemukakan respons dan dinamika sosial masyarakat dalam mengatasi kebakaran (Bab 6) dan strategi (anjuran) pencegahan kebakaran hutan dan lahan gambut (Bab 7). Buku ini disusun untuk melawan lupa yang menjadi penyakit bangsa ini sehingga layak dan penting dibaca bagi siapa saja yang merasa prihatin atas nasib negara dan rakyat di masa depan.

Ulasan

Tulis Ulasan

Silahkan login atau daftar untuk mengulas