Menu
Your Cart

The Art Of Solitude (Edisi Inggris)

The Art Of Solitude (Edisi Inggris)
100% ORIGINAL
The Art Of Solitude (Edisi Inggris)
Rp88,000
Rp61,600
Hemat Rp26,400 (30%)
Pengiriman Ke DKI JAKARTA
Ongkos Kirim Rp 0
Khusus member Grobprime (GRATIS TRIAL)
JOIN

Deskripsi

Deskripsi Buku

Buku The Art of Solitude: Apa yang Kita Pikirkan Ketika Kita Sendirian merupakan buku yang ditulis oleh Desi Anwar. Buku ini diterbitkan pada akhir tahun 2020, dan masuk ke dalam kategori buku pengembangan diri. Buku Apa yang Kita Pikirkan Ketika Kita Sendirian ini memuat sejumlah esai yang dibagi menjadi beberapa topik yang berbeda. Dalam setiap bagiannya, Desi Anwar menawarkan permenungan yang berbeda, dari sudut pandang yang berbeda, dan menjelajahi berbagai topik yang ada di alam semesta. Pada intinya, buku ini membahas mengenai kesendirian. Kesendirian yang sangat dirasakan ketika pandemi menyerang dunia.


Melalui buku ini, terdapat banyak kumpulan renungan dan pikiran acak dari pikiran penulis selama masa pandemi. Melalui buku ini, Desi Anwar ingin mencoba menunjukkan bahwa kesendirian bukan menjadi sebuah penderitaan atau siksaan yang harus ditakuti atau dihindari. Jika dinikmati secara utuh, kesendirian dapat menjadi seni yang mencerahkan dan menyembuhkan.


Sinopsis Buku

English: If there is one thing that the Covid 19, Pandemic has taught us, it is how to deal with being alone. Quarantine and Social Distancing, while keeping us away from each other,has forced us to confront that person we normally have the least time for. Which is our own Self. The Self that we have neglected and ignored during our busy lives interacting with the outside world, but which many of us could no longer avoid as we spend more time at home and shy away from public places.


We can however, turn these difficult times into a learning lesson that is both transformative and beneficial. Reducing our social interactions allows us more time for self-reflection and for reconnecting with ourselves. Spend-ing time on our own is a rare and priceless opportunity to discover who we really are and to ask those fundamental questions about life and existence which we might have taken for granted or spare very little thoughts about.


In this book, a compilation of musings and random thoughts that the author captured during the time of the Corona, Desi Anwar tries to show that solitude is neither a torment nor an affliction to be feared and avoided. Indeed, when embraced in its fullness, solitude becomes an art that is both enlightening and therapeutic.


Indonesia: Salah satu pelajaran yang dapat kita petik dari pandemi adalah cara menyikapi kesendirian. Karantina dan Menjaga Jarak Aman, yang menjauhkan kita dari orang lain, memaksa kita untuk menghadapi sosok yang biasanya sangat jarang kita sediakan waktu baginya. Diri kita. Sosok Diri yang telah kita abaikan saat kita sibuk berinteraksi dengan dunia luar, tetapi yang saat ini tidak dapat lagi kita hindari karena kita menghabiskan lebih banyak waktu di rumah dan menghindari tempat umum.


Namun, kita dapat mengubah masa sulit ini menjadi pelajaran yang beragam dan bermanfaat. Dengan mengurangi interaksi sosial, kita jadi memiliki lebih banyak waktu untuk merenungi diri dan berhubungan kembali dengan diri sendiri. Menghabiskan waktu sendirian adalah kesempatan langka dan tak ternilai untuk menemukan hakikat diri kita yang sebenarnya. Kita juga dapat mengajukan pertanyaan mendasar tentang kehidupan dan keberadaan yang mungkin selama ini kita anggap remeh atau jarang kita pikirkan.


Dalam buku ini, yang berisi kumpulan renungan dan pikiran acak yang ditangkap penulis selama masa pandemi. Desi Anwar mencoba menunjukkan bahwa kesendirian bukanlah siksaan atau penderitaan yang harus ditakuti dan dihindari. Apabila dinikmati secara utuh, kesendirian menjadi seni yang mencerahkan sekaligus menyembuhkan.

Ringkas Deskripsi

Detail

Jumlah Halaman

154


Penerbit

Gramedia Pustaka Utama


Tanggal Terbit

29 Jun 2021


Berat

0.21 kg


ISBN

9786020648330


Lebar

14 cm


Bahasa

Indonesia


Panjang

21cm

Ulasan

Tulis Ulasan

Silahkan login atau daftar untuk mengulas
Tags: Desi Anwar, GPU