Menu
Your Cart

Hidup Itu Indah, Tertawalah

Hidup Itu Indah, Tertawalah
Hidup Itu Indah, Tertawalah
100% ORIGINAL
Hidup Itu Indah, Tertawalah
Hidup Itu Indah, Tertawalah
Hidup Itu Indah, Tertawalah
Rp99,000
Rp71,280
Hemat Rp27,720 (28%)
Pengiriman Ke DKI JAKARTA
Ongkos Kirim Rp 0
Khusus member Grobprime (GRATIS TRIAL)
JOIN

Deskripsi

Hidup Itu Indah, Tertawalah merangkai pernik-pernik kehidupan seorang pastor di balik tugas perutusan dan pelayanannya: pengalaman yang penuh warna, berbagai kejutan dalam keseharian, serta humor yang dialami dalam kebersamaan dengan orang lain. Dengan gaya bercerita yang ringan dan hangat, buku ini mengajak kita melihat bagaimana kehidupan menjadi medan perjumpaan dengan sesama, ruang bagi Tuhan untuk hadir dan menyapa kita, serta kesempatan bagi kita menjadi pribadi yang lebih baik dan bijaksana. Buku ini dapat menjadi oasis tempat kita beristirahat sejenak dari rutinitas dan kepenatan hidup. Kisah-kisahnya ibarat air yang menyejukkan dahaga, mengingatkan kita bahwa di balik berbagai kekonyolan, tersembunyi kehangatan; di balik berbagai hal yang tampaknya remeh dan sepele, terdapat makna yang dapat memperkaya hidup kita.

Prolog:
Para pastor selalu memiliki keunikan masing-masing. Salah satunya adalah gaya mengendarai kendaraan, baik mobil maupun motor. Di antara romo-romo Keuskupan Pangkalpinang, salah satu yang terkenal ‘ngebut’ dalam berkendara adalah almarhum Rm. Anton Mite.

Romo Anton pernah melayani Keuskupan Sibolga. Mula-mula ia belajar bahasa Nias di Lahusa Gomo. Setelah di Gomo, ia berpindah ke Padangsidempuan. Di Padangsidempuan, Romo Anton tinggal dalam satu komunitas dengan Romo Pince dan Frater Pramodo. Ketika Romo Anton dan Romo Pince melayani Paroki Santa Maria Bunda Padangsidempuan, saya bekerja di Paroki Santa Maria Bunda Para Bangsa Gunungsitoli. Satu keuskupan, tapi beda pulau.

Saya lupa tahun kejadiannya, tapi tempatnya adalah di pastoran Padangsidempuan. Waktu itu ada acara di Sipirok. Saya datang sebagai tamu dari Gunungsitoli dan menginap di pastoran Padangsidempuan. Pagi itu, saya dan Romo Pince masih minum kopi di pendopo, sedangkan Rm. Anton sudah mengenakan jubah dan beberapa kali mondar-mandir ke garasi. Saya akan menumpang. Pilihannya, jadi penumpang Romo Anton atau penumpang Romo Pince. Pilihan yang sama-sama sulit. Reputasi keduanya sebagai sopir cukup fenomenal. Dua-duanya pembalap tangguh! Romo Pince melihat kegelisahan saya itu.

Profil Penulis:
ROMO HANS JEHARUT lahir di Ruteng, Flores, Nusa Tenggara Timur pada 30 Desember 1974. Ia ditahbiskan sebagai pastor atau imam Katolik pada 14 Februari 2003. Sejak 2003, ia menjalani pelayanan pastoral di Sibolga dan Nias (Sumatra Utara), kemudian Belitung dan Bangka (Kepulauan Bangka Belitung). Sejak akhir 2021, ia menjabat Sekretaris Eksekutif Komisi Kerasulan Awam Konferensi Waligereja Indonesia dan berkarya di Jakarta.
Jumlah Halaman : 148
Tanggal Terbit : 27 Ags 2025
ISBN : 9786020684512
Penerbit : GPU
Berat : 168 gr
Lebar : 13 cm
Panjang : 20 cm

Ulasan

Tulis Ulasan

Silahkan login atau daftar untuk mengulas