Menu
Your Cart

Kronik Lumpur Lapindo: Skandal bencana Industri Pengeboran Migas Di Sidoarjo

Kronik Lumpur Lapindo:  Skandal bencana Industri Pengeboran Migas Di Sidoarjo
Kronik Lumpur Lapindo:  Skandal bencana Industri Pengeboran Migas Di Sidoarjo
100% ORIGINAL
Kronik Lumpur Lapindo:  Skandal bencana Industri Pengeboran Migas Di Sidoarjo
Kronik Lumpur Lapindo:  Skandal bencana Industri Pengeboran Migas Di Sidoarjo
Kronik Lumpur Lapindo: Skandal bencana Industri Pengeboran Migas Di Sidoarjo
Rp55,000
Rp41,250
Hemat Rp13,750 (25%)
Pengiriman Ke DKI JAKARTA
Ongkos Kirim Rp 0
Khusus member Grobprime (GRATIS TRIAL)
JOIN

Deskripsi

Description
“Beragam cerita sedih, serta karut-marutnya penanganan nasib para korban oleh Pemerintah menjadi potret tragis warga Porong. Sekali lagi, ini mempertebal fakta-fakta sosial bahwa Pemerintah tidak banyak mengalami kemajuan dalam menangani perlindungan terhadap para korban.” Salahuddin Wahid, pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, salah satu tokoh yang mendeklarasikan Gerakan Menutup Semburan Lapindo. ***

Enam tahun lalu di Kecamatan Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, tiba-tiba perut Bumi memuntahkan lumpur panas. Bak bah, lumpur membeludak hingga menggulung apapun yang ada: rumah, pekarangan, fasilitas umum, hingga kenangan. Tujuh desa tenggelam dalam lautan lumpur panas. Tidak ada yang mengira bencana itu akan datang sebegitu mendadak.

Namun, ini bukanlah azab seperti dalam kisah Nabi Nuh tentang Tuhan yang murka. Penyebabnya adalah pengeboran minyak yang dilakukan oleh PT Lapindo Brantas Inc., tiga bulan sebelum lumpur meluap. Ini bencana lumpur Lapindo, meski hingga kini pemerintah belum juga menentukan siapa yang bersalah atas bencana ini. Sementara pemerintah gamang, warga desa-desa yang rumahnya tenggelam malah semakin ditenggelamkan dalam kesulitan hidup sehari-hari karena mekanisme koruptif dan licik di lapangan.

Buku ini ditulis secara kronologis oleh dua aktivis yang turut mengadvokasi masyarakat korban lumpur Lapindo. Mereka telah mengikuti kasus lumpur Lapindo sejak awal. Buku ini merangkum perkembangan bencana ini sejak bermula hingga tahun 2011. Mengutip kata-kata novelis Ceko, Milan Kundera, buku ini adalah usaha konkret untuk menolak lupa.

Ulasan

Tulis Ulasan

Silahkan login atau daftar untuk mengulas