Jalan Pulang

Sekitar tahun 1963, perempuan bernama Marsinah nampak penuh amarah dengan golok berdarah di tangan kanannya. Sementara kondisi ternak di sekitarnya sangat kacau, terpotong tak beraturan dan darah terciprat ke mana-mana. Ulah MARSINAH (25), sebagai luapan sedih sekaligus sakit setelah kepergian anak perempuannya. Perempuan itu lalu berjalan menuju rumah DJATMIKO(40), membawa golok dan kursi kecil. Dengan tatapan kebencian, Marsinah bunuh diri di tengah riuh tawa bahagia dari meja makan keluarga Djatmiko. Tampak Djatmiko, RANTI(40), dan LASTINI KECIL(4) duduk gembira di meja makan. Sedangkan Marsinah mati dengan rasa sakit hati yang masih melekat kuat.
33 tahun kemudian.
LASTINI(37), kembali merasakan kehilangan setelah kepergian orang tuanya di masa kecilnya. Ia menangis di dekat anak sulung dan anak bungsunya, ARUM(12) dan RAMA(4). Suaminya, SURYA(38), dinyatakan meninggal dan dikonfirmasi bunuh diri oleh dokter. Arum nampak bingung di tengah dukanya. Tanpa ia sadar bahwa Ayahnya tidak mati bunuh diri, melainkan dibunuh oleh seseorang yang sedang dikendalikan arwah Marsinah. Arwah itu mendekap Arum, terlihat dari pantulan kaca rumah sakit.